
PERTANYAAN tersebut mencuat, setelah Motorola mengklaim 1/5 pembeli baru gadget lipat RAZR 2023-nya, adalah pengguna iPhone.
Dengan pangsa pasar Motorola yg minim, banyak analis ragu, Motorola bisa men-disruption pasar iPhone global.
Tapi Jonathan Knee, professor sekolah bisnis Columbia & penulis buku The Platform Delusion: Who Wins and Who Loses in the Age of Tech Titans; justru membongkar fakta2 brutal: Bisnis Apple ternyata tidak sekuat yg selama ini dikira.

Bukan cuma Apple. Para Titan lainnya (Facebook/Meta-Google-Amazon-Microsoft), menurutnya jg tdk sekuat dulu.
Makanya, ia percaya raksasa2 tsb rentan ter-disruption pemain2 kecil.
Menurut Knee, kekuatan efek jejaring platform raksasa2 tadi, sudah mulai rapuh.
iPhone yg ditinggal pelanggannya krn tertarik merek2 “alternatif”, adalah sinyalnya.
Dominasi Google yg terganggu mesin pencari baru ber-ChatGPT ala Open AI, juga pertanda.
Begitu pun core bisnis Amazon yg semakin dirongrong peritel2 kecil-lokal.
Yg agak mendingan, Microsoft.
Tapi dg cuma refocusing ke B2B, mengindikasikan prospeknya di mata Konsumen, berat.

Bagaimana Facebook?
Lebih 60% remaja global, sudah ogah FB-an.
Sikon di Indonesia senada: 135-an juta penggunanya, adalah Gen X/Boomer yg makin uzur.

Sejak 2020, pengguna FB di AS bahkan merosot hampir 65%.
Sejak 18 tahun terakhir, pertumbuhan pengguna aktif harian-bulanannya, terus berkurang jutaan orang. Grafiknya bhkn terus merosot (lihat Slide 5/6).

Reputasi medsos besutan Mark Zuckerberg sebagai platform penyebar hoax-fake news-hate speech dan dugaan keterlibatannya dlm kecurangan2 Pemilu, menurut Knee bisa mempercepat keruntuhan bisnis Facebook.
Hikmah pesannya: Tak ada dominasi yg tdk bisa dilawan. Bahkan yg sudah belasan tahun nomer 1, kekuatannya mulai tergerogoti ketidakpercayaan publik.
