
Oleh: Musni Umar
RECEP Tayyip Erdogan mendeklarasikan kemenangannya dalam pemilu di Turkiye yang penuh dramatis setelah 96% suara diperhitungkan dan Erdogan berhasil merebut suara sebesar 52,3%. Dengan demikian, Erdogan kembali terpilih menjadi presiden Turkiye dalam putaran pemilu kedua 28 Mei 2023.
Dilansir AFP, Senin (29/5/2023), total suarat suara yang telah dihitung sebanyak 96 persen. Erdogan telah memenangkan 52,3 persen suara, sementara lawannya Kemal Kilicdaroglu meraih 47,7 persen.
Untuk diketahui, pilpres putaran kedua ini digelar setelah pemilihan umum yang pertama pada 14 Mei lalu kedua belah pihak yaitu Erdogan dan Kilicdaroglu yang bersaing, gagal meraup perolehan suara di atas 50 persen.
Erdogan unggul lima poin atas capres lawan Kemal Kilicdaroglu dalam pertarungan pilpres yang ketat dua pekan lalu. Hasil pilpres putaran pertama, Erdogan meraih suara sebesar 49,5 persen, sementara kandidat presiden dari lawan Kilicdaroglu meraih suara sebesar 44,9 persen.
Disamping itu, Capres nasionalis Sinan Ogan berada diurutan ketiga dengan 5,2 persen, sehingga tereliminasi untuk mengikuti putaran kedua. Hasil pilpres putaran pertama ini, meruntuhkan semua hasil lembaga survei yang menempatkan Kilicdaroglu sebagai pemenang pemilu Turkiye putaran pertama.

Dalam putaran pemilu kedua ini, para pemilih akhirnya mengukuhkan kembali Recep Tayyip Erdogan sebagai presiden Turkiye hingga tahun 2028.
8 Faktor Erdogan Kembali Terpilih
Sebelum pemilu putaran kedua dilaksanakan, para pakar politik telah memprediksi, Erdogan akan memenangi pemilu putaran kedua.
Setidaknya ada 8 alasan, Erdogan akan memenangi pemilu presiden di Turkiye putaran kedua.
Pertama, memenangi Pemilu parlemen. Hasil pemilu 14 Mei 2023, koalisi yang dipimpin Erdogan memenangi pemilu parlemen dengan meraih 325 kursi dari 600 kursi di parlemen. Ini modal besar bagi Erdogan untuk memperoleh dukungan suara pemilu putaran kedua, karena rakyat Turkiye yang berpendidikan baik, mengetahui akan terjadi instabilitas politik jika pihak oposisi memenangi pemilu putaran kedua, karena mereka kalah dalam pemilu parlemen.
Kedua, Pemimpin berpengalaman. Recep Tayyip Erdogan telah memimpin Turkiye selama 20 tahun. Selama 10 tahun menjadi Perdana Menteri, kemudian konstitusi Turkiye diubah dari sistem parlementer menjadi Presidential, dan Erdogan mencalonkan diri sebagai calon presiden dan terpilih secara demokratis dalam pemilu di Turkiye.
Selama dua kali menjadi calon presiden, Erdogan selalu terpilih dengan mudah dalam satu putaran. Akan tetapi, pencalonan Erdogan untuk periode ketiga untuk menjadi presiden, mendapat tantangan berat dari oposisi, sehingga Erdogan harus bertarung dalam dua putaran pemilihan presiden, putaran pertama 14 Mei 2023 dan putaran kedua 28 Mei 2023.
Ketiga, mengangkat nilai-nilai Islam. Di masa pemerintahan Kemal Pasha yang populer dengan panggilan Kemal Ataturk dan rezim sesudahnya, selama 80 tahun sekularisme di amalkan di Turkiye. Nilai-nilai Islam dihilangkan. Walaupun begitu, ajaran sufi tumbuh subur di kalangan masyarakat Turkiye yang jauh dari pengaruh politik.
Kemenangan partai AKP yang dipimpin oleh Recep Tayyip Erdogan telah membuka peluang bangkitnya kembali Islam di Turkiye. Erdogan secara bertahap mengamalkan nilai-nilai Islam. Dalam praktik dan kampanye pemilu, Erdogan dan timnya mengangkat nilai-nilai Islam.
Keempat, mengerahkan sumber daya pemerintah. Sebagai incumbent (petahana), Erdogan mengerahkan sumber daya pemerintah untuk memenangkan pemilu. Berkat dukungan birokrasi dan seluruh elemen pemerintah, Erdogan sukses dalam pemilu dramatis putaran pertama dan putaran kedua.
Kelima, menguasai media. Sudah lumrah, siapapun yang sedang memegang kekuasaan, akan menguasai atau setidaknya dekat dengan media. Erdogan termasuk yang dekat dengan media. Faktor tersebut sangat menolong Erdogan dalam upayanya memenangkan pemilu di Turkiye.
Keenam, aktor di panggung global. Erdogan pada masa memimpin Turkiye, menjadi pemimpin yang populer di dunia Islam dan dunia pada umumnya. Erdogan adalah pemimpin yang sangat populer dan tinggi nasionalismenya. Dia tidak mau di dikte oleh Amerika Serikat dan Barat. Sebagai contoh, dalam perang Rusia dengan Ukraina, Erdogan tidak mau mengikuti Amerika Serikat dan Barat yang menghukum Rusia. Dia tetap menjalin hubungan baik dengan Rusia dan Ukraina. Bahkan Erdogan menjadi mediator perundingan damai antara Rusia dengan Ukraina.
Ketujuh, menjanjikan stabilitas. Erdogan memastikan bisa mewujudkan stabilitas politik, sosial dan ekonomi. Kemenangan koalisi Erdogan dalam pemilihan parlemen pada pemilu 2023, membuktikan dia bisa menjamin terwujudnya stabilitas politik, sosial dan keamanan.
Faktor ini sangat diperlukan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan ekonomi, bangsa dan negara.
Kedelapan, kebijakan populis. Erdogan terus mempertahankan kebijakan populis yang membela rakyat kecil termasuk pada pengungsi Suriah akibat perang saudara di negara itu. Sebagai contoh rumah dan apartemen yang runtuh akibat gempa dahsyat di Turkiye dan Suriah, Erdogan berjanji akan membangun rumah dan apartemen yang runtuh akibat gempa.
Akhirnya, kita ucapkan selamat kepada rakyat Turkiye yang telah menjalankan demokrasi dengan baik, sehingga menjadi contoh bagi dunia bahwa Islam akuntabel dengan demokrasi. Juga selamat kepada partai AKP dan koalisinya kembali memenangkan pemilu parlemen di Turkiye, teristimewa kita ucapkan selamat kepada Presiden Erdogan yang kembali mendapat kepercayaan dari rakyat Turkiye untuk memimpin Turkiye sampai 2028. (arahjaya.com)