
Oleh Suprio Guntoro *)
Kepunahan plasma nutfah di Indonesia tidak hanya terjadi di Sumatera , tetapi jg terjdi di daerah-daerah lain, termsuk di Bali.
Dahulu Bali dikenal sebagai penghasil vanili yang tersohor kualitasnya. Karena itu, dahulu Asosiasi Eksportir Vanili Indonesia berada di Denpasar
‌ Bahkan, orang orang Eropa dahulu menyebut Bali sebagai *Vanili Island, karena bali merupakan penghasil vanilii dengan kualitas terbaik di dunia. Sekitar tahun 80 an, penyakit busuk batang menyerang Vanili bali.Penyakit busuk batang vanili pada umumnya tidak terlalu sulit dikendalikan. Anehnya busuk batng yang menyerang vanili bali sulit dikendalikan.
Ratusan hektar kebun vanili milik rakyatpun hancur. Para. Ahli dari UNUD pun turun tangan namun gagal mengatasi. aBahkanBadanLitbang Pertanian Bigor, telah mengirimkan para peneliti seniornya ke bali. Namun tak kunjung berhasil memadamkan penyakit ini hongga knii.
Akibatnya, panili bali banyak punah dan pamor bali sbg penghasil vanili kelas dunia tenggelam. Tapi yg amat mengejutkan,, menurut seorang peneliti senior Kultivar vanili yg terbaik dunia, telah tersimpan di bank Plasma nutfah milik Israel . Iisrael saat inii memang tengah
memperkuat bank plasma nutfahnya.
Jika As memiliki 36 bank plasma nutfah dengan faailitas yg canggih, maka Israel telah memiliki 45 bank plasma nutfah dengan peralatan yg lebih canggih drp yg dimiliki olrh AS.
.
Sementara Indonesia baru memilik i 1 bank plasma butfah, dengan peralatan yang jauh di bawah kualitas yang dimiliki negara negara barat. Tentu ini mrmprihatinkan, krn banyak plasma nutfah yang kondisinya sdh kritis, yang perlu diselamatkan dengan campur tangan teknologi maju.
‌ Beberapa jenis plasma nutfah endemik bali yang mendekati kepunahan antara lain majegau. Purnahnya jalak Bali, kuntul karang, kanbing gembrong dll.juga beberapa kultivar Sasak Bali Kepunahan plasma nutfah juga terjadi di Kalimantan, Maluku, Papua dll.
Kondisi ini tentu amat menyedihkan, karena aesungguhnya Allloh telah memberi limpahan karunia kepada bangsa kita diterima bangsa-bangsa lain.
Namun karena kurang disyukuri dan dijaga, sehingga karunia itu satu persatu lepas dari tangan kita. Masyarakat sudah tidak. mau peduli dan para pejabatpun tidak ada yang ambil pusing.
Ada kecenderungsn bangsa kita saat ini lebih bersenangat untuk memanfaatkan dan menikmati sesuatu dari pada menjaga dan merawat. Semangat Hedonisme yang ingin menikmati hidup dengan jalan pintas menyebabkan orang hanya berorientasi jangka pendek, tanpa berpikir jangka panjang, tanpa berpikir tentang nasib generasi penerus.
Tentu mentalitas semacam ini patut disesalkan, apalagi bagi kaum Muslimin.
Sekali kali kita perlu merenungkan, perlu mengingat perjuangan Nabi Nuh yang begitu giigih menyelamatkan orang – orang beriman dan berbagai spesies binatang demi kejayaan keturunan orang orang beriman.
‌Langkah adaptasi dan mitigasi yang dilakukan oleh Nabi Nuh dalam menghadapi bencana merupakain pelajaran yang amat berharga yang luar biasa.
‌Bila dahulu bencana yang dihadapi gelombang air bah yg menenggelamkan permukaan bumi, kini ancamannya gelombang kapitalisme genetika* yang dapat menenggelamkan potensi dan kekuatan umat dan bangsa.
‌.
NUH, NABI YG SELALU BERPUASA
Nabi Nuh merupakan salah satu rasul yang dikenal oleh seluruh agama Samawi. Kisah nabi Nuh yang amat dikenang adalah perjuangannya menyelamatkan orang-orang brriman dalam menhhadapi banjir besar yang melanda bumi pada zamannya,
Mengenai kapan dan di mana banjir besar itu terjadi, Al Qur”an tidak menjelaskan secara rinci. Agaknya Allah sengaja menyisakan tanda tanya, agar manusia mau kreatif untuk mencari jawabannya.
Namun dalam Al Qur’an Allah menginformasikan bahwa perahu Nabi Nuh rersebut akhirnya
berlabuh di Judi ( QS Hud ayat 44)
Sebuah tim peneliti archeologi yang dilengkapi dengan peralatan canggih telah beehasil menemukan artefak bahtera nabi Nuh itu di bukit Judi, sebagaimana diinformasikan dalam Al Qur”an Surat Hud ayat 44 teraebut.. Bukit itu berada di kawasan pegunungan Ararat – Turki Timur. Masya Allah (Bersambung)