
Oleh: Ali Syarif
JUDUL di atas, adalah semiotika klimaks dari apa yang selama ini Jokowi lalukan/bermanuver terutama soal suksesi Presiden 24. Menominasi Prabowo atau Ganjar, adalah potret kegamangan. Khawatir bila salah satu ada yang menang menjadi Presiden, padahal ia tidak ikut mendukungnya. Tapi kata lain juga, karena melawan Anies Baswedan tidak mudah, sekalipun data survei Anies selalu di posisi ketiga. Saya khawatir juga, karena diketahui para surveyor itu alat politik mereka juga. Namun di atas semua itu, Jokowi akan kehilangan semua yang selama ini ia kuasai (Zona Nyaman).

Kalau saja Megawati bukan Ketua Umum Partai (apalagi sebagai Partai yang berkuasa), pun SBY, maka kedua mantan Presiden itu akan tenggelam dalam berbagai hingar bingar dinamika politik nasional saat ini. Tetapi yang pasti mereka tidak akan terhindar dari caci maki rakyat, seperti yang masih kita saksikan terjadi kepada Presiden Sukarno dan Presiden Suharto hingga saat ini.
Padahal Bung Karno meninggalkan warisan perjuangan Kemerdekaan yang teramat penting dan Pak Harto, meletakan legasi dasar-dasar pembangunan yang tepat, hingga Indonesia menjadi negara terpandang. Presiden Habibi adalah sosok intelektual, sedunia `mencatat itu. Apresiasi dan respek terhadap keilmuannya, tidak akan terhapus sepanjang ada soal hightect dan dunia penerbangan. Presiden Gusdur, terlepas dari segala kekurangannya, ia sosok intelektual, budayawan sekaligus ulama yang mumpuni di bidangnya. Ada legacy yang ia tinggalkan, yaitu konsep kemajemukan.
Kembali ke soal Jokowi, yang Ia akan kehilangan segalanya, karena ada yang tersisa, seperti pelanggaran HAM, ketidakadilan yang dirasakan oleh sebagian umat Islam, tuduhan korupsi, dan kesinambungan dinasti dengan anak-anaknya yang masih menjadi pejabat publik. Ini semua akan menjadi beban dirinya sendiri, yang kemudian akan berjuang dalam hidupnya sebagai ancaman ketidak nyamanan atau ancaman bahkan hukuman dipidanakan.
Pendapat Bung Refly Harun, yang ia sampaikan dalam podcastnya melihat setidaknya ada empati kekhawatiran Jokowi ketika sudah lengser pada 2024 nanti. Salah satu yang dikhawatirkan Jokowi adalah soal dinasti politik.
Refly kembali mengungkit bagaimana upaya Jokowi untuk melanggengkan dinasti politik melalui anak hingga menantunya. Tercatat kini ada putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka yang menjadi Wali Kota Solo dan menantunya Bobby Nasution yang menjadi Wali Kota Medan. Kaesang juga sudah direstui ikut kontestasi di Depok.
“(Jokowi khawatir dinasti politiknya, karena dia sudah menciptakan dinasti politik baru pengganti dirinya,” kata Refly melalui podcastnya yang ditayangkan YouTube Refly Harun pada Senin (5/12/2022).
Kekhawatiran Jokowi kedua yakni proyek-proyek raksasa pada pemerintahannya seperti pembangunan IKN hingga kereta cepat.
“Barangkali dia punya kepentingan untuk terus melindunginya atau katakanlah memastikan bahwa proyek itu berjalan,” ucapnya.
Kemudian yang ketiga ialah kekhawatiran Jokowi ialah adanya potensi KKN yang terkuak nantinya. Lalu yang keempat ialah adanya potensi pelanggaran HAM yang dibiarkan.
Refly menambahkan, kekhawatiran Jokowi lainnya ialah Jokowi yang sudah terlalu nyaman dengan jabatannya saat ini.
“Selain tentunya kenyamanan kenikmatan katakanlah pada zona yang sudah tidak ingin meninggalkan jabatan, mungkin itu juga dan ini berbeda dengan presiden-presiden sebelumnya.”