
Oleh: Muslim Arbi
Direktur Gerakan Perubahan dan Koordinator Indoensia Bersatu
Setelah hampir sepuluh tahun Nasdem yang di pimpin oleh Surya Paloh kawal Jokowi sebagai Presiden dari 2014 – 2019 dan 2019 – 2023. Perang terbuka: Jokowi vs Surya Paloh atau Jokowi Lawan Nasdem. Kader2 Nasdem pun satu – persatu di obok-obok dengan dalih korupsi dan hukum.
Akan hal nya Demokrat yang sebelumnya di pimpin oleh Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Tidak ada hujan. Tidak ada angin Moeldoko KSP Jokowi mau ambil alih itu partai lewat pengadilan. Ini tindakan yang salah dan langgar UU. Jokowi pun membiarkan Mantan Panglima TNI SBY itu berusaha merebut partai tersebut tanpa alasan jelas. Meski sudah 16 Sidang dan selalu kalah. Tetapi Anak Kediri itu mencoba peruntungan melalui PK – MA.
Saat ini publik menyaksikan sedang terjadi peperangan politik Jokowi melawan Megawati secara terang – terangan dan terbuka. PDIP dan Megawati telah capreskan Ganjar. Tetapi Jokowi malah mendukung Prabowo sepenuh hati.
Apakah terlihat seolah sedang berkelahi antara Jokowi vs Megawati itu sungguhan atau sekedar Sandiwara. Biar panggung Capres Nasional seolah di setting hanya 2 Capres sebagaimana usul CSIS – Yusuf Wanandi?
Ada dua kemungkinan. Konflik soal Capres antara Megawati – PDIP vs Jokowi bisa terjadi karena sekedar Sandiwara atau memang konflik benaran?
Pertama; kalau konflik itu benaran. Maka Jokowi memang berusaha semaksimal mungkin dengan istilah cawe – cawe nya. Berusaha menggolkan Prabowo sebagai Capres dan menjadikan nya sebagai Presiden. Berarti memang Jokowi mau menghabisi PDIP dan Megawati. Karena manuver Jokowi ini sangat berbahaya. Mengapa berbahaya? Karena pasti membuat Megawati dan PDIP semakin tidak suka dengan Jokowi.
Kedua, bisa jadi ini sandiwara saja. Agar pentas perpolitikan soal Capres hanya di dominasi oleh Megawati dan Jokowi dan berusaha menggugurkan pencapresan Anies Baswedan. Meski pun ini tindakan konyol dan sangat beresiko.
Sandiwara PDIP dan Megawati itu publik membaca: Ganjar sangat di benci. Tapi akhir nya Ganjar juga yang di capreskan. Publik anggap Ganjar di musuhi sebelum di capreskan itu cuma sandiwara belaka.
Tiga partai besar. PDIP, Demokrat dan Nasdem di perlakukan oleh Jokowi seperti anak kecil yang harus mematuhi nya. Padahal PDIP dan Nasdem itu dua partai yang membesarkan dan mengawal Jokowi sehingga bertahan sampai dua periode.
Tapi, jika saja PDIP dan Nasdem jika terlalu di sakiti dan berkoalisi dengan Demokrat untuk menggulirkan Hak Angket atau lakukan proses Pemakzulan sebagaimana Surat Terbuka Prof Denny Indrayana ke DPR. Maka, sesungguhnya Jokowi tidak akan berdaya dan tidak punya kemampuan untuk melawan.
Mengapa demikian? Karena Jokowi dianggap Kuwalat dan durhaka melawan partai yang membesarkan dan mendukung nya. Jokowi segera akan di Makzulkan sebagaimana Surat Denny itu.
Surat Denny itu sangat jelas dan terang benderang tindakan Korupsi Jokowi karena melindungi dua anak nya: Gibran dan Kaesang sehingga tidak di periksa KPK.
Masih menurut Denny. Ada seorang Mentri di Kabinet nya harus di periksa KPK tapi tidak di izinkan Jokowi. Itu artinya: Jokowi melindungi koruptor.
Dan Jokowi langgar UU Parpol karena membiarkan KSP Moledoko mau merebut Demokrat dengan dalih dan alasan yang tidak jelas.
Tiga alasan itu yang di layangkan Denny ke DPR. Jika Tiga Partai Besar: PDIP, Nasdem, Demokrat dapat menggalang inisiasi Pemakzulan. Pasti Jokowi dapat di makzulkan.
Jadi Tiga parpol di atas di tambah dengan parpol yang di DPR tidak perlu takut hadapi Jokowi. Jika proses pemakzulan telah berjalan. Jokowi tinggal menghitung hari.
Mantan walikota Solo itu tidak lagi lakukan tindakan semena – mena dan langgar hukum seperti sekarang. Dan ini tindakan menghentikan KKN. Yang di suburkan oleh Jokowi dengan mendukung Anak – anak nya; Mantu sebagai walikota dan Ipar nya di MK. Ini jelas khianati REFORMASI dan lawan UU dan TAP MPR.
Sentul: 9 Juli 2023