
Lima Pesona Wisata Agro (1)
Oleh : Suprio Guntoro
DALAM globalisasi setidaknya ada lima arus yg brbergerak dinamis dan semakin kencang, yakni arus informasi, arus teknologi, arus barang dan investasi, arus ideologi (terutama dr Barat) dan arus manusia.
Pada arus pergerakan manusia yang dominan bergerak dari Barat ke Timur adalah arus pariwisata, sedang yang dominan bergerak dari Timur ke Barat adalah arus tenaga kerja dan pengungsi.
Kegiatan pariwisata dari tahun ke tahun terus meningkat, baik wisatawan dalam negeri (domestik) maupun wisatawan manca negara.
Tidak heran bila perkembangan pariwisata masuk dalam salah satu fenomena global dan bakal menjadi industri raksasa yang prospektif.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, kegiatan pariwisata khususnya kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mulai menonjol sejak tahun 1978 yg ditandai dengan jumlah kunjungan Wisman sebanyak 468.614 orang.
Sepuluh tahun kemudian ( 1988) jumlah kunjungan wisman meningkat drastis menjadi 1.301.049 orang. Sepuluh tahun berikutnya ( 1998) jumlah kunjungan turis asing menembus angka fantastis, yakni 4.606.416 orang. .
Antara tahun 2003 – 2005, kunjungan wisatawan mengalami penurunan akibat peristiwa bom Bali. Tapi sejak tahun 2007 kunjungan wisman kembali meningkat, Tahun 2009, jumlah kunjungan Wisman mencapai 6.324.730 orang.
Menurut litbamg KOMPAS ( 27 September 2014) pada tahun 2013, kunjungan Wisman telah menyentuh angka 8.802.129 orang. Sementara lama kunjungan semakin panjang. Jika pada tahun 2004, lama tinggal wisman rata-rata 7,64 hari maka pd tahun 2012, Rata-rata lama kunjungan 8,76 hari.
Dengan makin lamanya tinggal di Indonesia, maka jumlah uang yang dibelanjakanpun semakin meningkat.
Tahun 2020, rata-rata rata seorang wisatawan membelanjakan uangnya lebih dari 140 U$ dengan jumlah devisa 10,054 milyar dollar AS atau sekitar Rp 120,6 triliun.
Disamping Wisman, kita juga tidak boleh meremehkan perkembangan wisatawan domestik (Wisnu), yang juga terus melaju.
Pada tahun 1994 tercatat ada 74 juta kunjungan orang Indonesia di obyek wisata dalam negeri.

Jumlah tersebut meningkat menjadi 120 juta kunjungan pada tahun 2002. Pada tahun 2009 sedikitnya ada 229 juta kunjungan wisatawan domestik, dan tahun dalam tahun 2013 jumlah perjalanan wisatawan domestik mencapai 250 juta.
Rata-rata rata perjalanan perorang meningkat, hingga pada tahun 2013 mencapai 1,92 kali perjalanan per orang pertahun, dengan pengeluaran per hari perjalanan rata-rata Rp 711.000, sehingga total pengeluaran wisatawan domestik mencapai Rp 117,84 triliun. Dengan makin doyannya warga kita berwisata, suatu saat, nilai belanja wisatawan domestik bisa menyalib nilai belanja dari turis asing.
Dahulu, jika berbicara tentang pariwisata, umumnya bayangan orang hanya tertuJU pada Bali, Yogya, Borbudur, Puncak dan danau Toba.
Kini obyek wisata semakin banyak jumlahnya dengan pilihan obyek yang beragam, apakah itu wisata budaya,, wisata sejarah, wisata purbakala, wisata pendidikan, wisata seni, wisata konvensional, wisata alam, wisata Agro, dll.
Lokasi obyek pun bertebaran di mana-mana. Ada di Senggigi ( lombok), Tana Toraja ( Sulsel) , Tu mohon ( Sulut). Raja Ampat ( Papua Barat) Komodo dan Kelimutu (NTT) Dieng ( Jateng), Bukit Tinggi ( Sumbar) dll. Berbagai jalur pariwisata pun kini tengah digarap dan dikembangkan oleh Pemerintah Pusat, Daerah dan Biro Perjalanan. Sementara pusat-pusat pengembangan Pertanian juga makin banyak berkembang, sehingga integrasi antara pengembangan pariwisata dengan pertanian semakin menjadi kenyataan.
Disamping dibina oleh Pemerintah, sebagian para petani atau pengusaha pertanian telah berinisiatif sendiri memanfaatkan perkembangan pariwisata ini, dan hasilnya sangat positif.
Pemanfaatan kegiatan usahatani untuk obyek rekreasi dapat memberikan tambahan pendapatan yang ” Significant”. Perkembangan wisatoa agro, disamping memberikan manfaat secaria langsung bagi usaha tani, juga sangat membantu dalam mempromosikan hasil pertanian. Sementara dari aspek pariwisata, perkembangan obyek wisata Agro akan memperkuat. diversifikasi obyek dan diaya tarik bagi wisatawan.
WISATA MASA DEPAN Hasil survei Dinas Pariwisata prov. Bali pada bulan Juni sd Nopember 1991 di Airport Nurah Rai, tentang daya tarik Bali bagi wisatawan menunjukkan bahwa daya tarik bali bagi mereka adalah sbb
- Keindahan dan keaslian alam (29, 61%)
2.Keramah tamahan penduduk ( 22,87 %)
3.Daya tarik kebudayaan (21, 18%)
4.Keamanan dan kenyamanan (14, 52%)
5.Adat istiadat yg unik( 9,55%)
6.Hal-hal lain ( 2,26 ) Data di atas menunjukkan bahwa faktor keindahan alam dan segala isinya, keramahtamahan penduduk serta faktor budaya dan tradisi yang unik merupakan pesona utama bagi wisatawan untuk berkunjung ke Bali. Diantara komponen keindahan dan kekayaan alam di bali maupun Indonesia berupa hamparan dan kegiatan usaha tani. Karena itu, kegiatan usaha tani mempunyai potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai obyek wisata (wisata agro). Obyek ini jumlahnya luar biasa banyak dan sangat beragam. Sayang belum banyak tersentuh pembinaan dan promosi. Seperti kebun teh di Cipanas, taman pembibitan sapi di Padang Mengatas, kebun apel di Batu, desa bunga di Cihideung dll. Dibandingkan obyek wisata lain, m obyek wisata agro memiliki kekhasan. Dimana pada obyek ini para wisatawan tidak hanya berkesempatan melihat dan memperoleh informasi tentang obyek, namun wisatawan juga dapat terlibat di dalamnya. Seperti ikut mengawinkan bunga vanili, memanen kopi atau memerah susu ksmbing. Bahkan, bisa langsung mencicipi hasil pertanian, seperti mengkonsumsi buah gunggum (strowberry lokal) dan buah salju di Bedugul, dll.
‌ Pemerhati pariwisata dari Univ. Udayana, Prof. Adnyana Manuaba menyatakan bahwa wisatawan mendatang cenderung menggemari obyek-obyek yang dapat melibatkan dirinya untuk bisa larut di dalamnya.
Wisatawan saat kini dan di masa mendatang tidak semata hanya ingin melihat dan mendapatkan informasi terhadap suatu obyek, namun juga ingin memperoleh pengalaman berharga bagi dirinya yang sulit atau tidak bisa mereka peroleh di negeri mereka.(BERSAMBUNG)