
Yana Mulyana
JAKARTA, VOI News— Korupsi di era Reformasi ini ternyata jauh lebih parah dibanding era Orde Baru.
Kalau di era Orde Baru, korupsi terpusat di pusat kekuasaan. Tetapi, di era Reformasi, korupsi merata di semua lini. Dari bawah sampai atas.
Sudah banyak kepala daerah yang terkena operasi tangkat tangan (OTT) KOK. Dan, satu lagi yang terjaring: Wali Kota Bandung Yana Mulyana.
Yana bersama sejumlah pihak terjaring dalam OTT KPKi pada Jumat (14/4/2023).
Celakanya. Yana ditangkap saat sedang melakukan transaksi suap pengadaan barang dan jasa di Kota Bandung.
Yana Mulyana sebelumnya menjabat wakil Wali Kota Bandung. Dia dilantik sebagai Wali Kota Bandung pada Senin 18 April 2022, setelah Wali Kota Oded M Danial.
Pada Jumat (10/12/2021), Oded meninggal saat shalat Jumat. Sejak saat itu, Yana Mulyana pun ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Bandung.
Pasangan Oded-Yana diusung oleh Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Bulan Bintang (PBB) pada Pilwakot 2018 dengan memperoleh 634.682 suara, mengalahkan pasangan Yossi Irianto-Aries Supriatna berada di posisi kedua disusul oleh Nurul Arifin-Chairul Yaqin Hidayat.
Mengutip rilis Humas Pemkot Bandung, Yana lahir di Kota Bandung, pada 17 Februari 1965. Ia merupakan putra dari Alm Letjen TNI (Purn) H Soepardjo bin Redjoprawiro.
Selain tersohor di dunia politik sebagai kader Partai Gerindra, Yana merupakan seorang pengusaha properti dan usaha produktif lainnya. Namanya tercatat sebagai pendiri stasiun radio Rase FM.
Aktivitasnya di organisasi juga cukup moncer. Dia pernah pernah menjabat sebagai Bendahara KNPI Jawa Barat, Wakil Ketua HIPMI Jabar, Sekretaris Dewan Pertimbangan Kadin Jabar. Tak hanya itu, Yana juga pernah menjadi Ketua Taekwondo Jawa Barat, Ketua PSSI Kota Bandung.
Nama Yana Mulyana kembali mencuat dalam bursa Pilwakot Bandung 2024 mendatang. Survei Indonesian Politics Research and Consulting (IPRC) pada Senin Desembar 2022 lalu mengungkapkan, elektabilitas atau keterpilihan Wali Kota Bandung Yana Mulyana paling tinggi.
Jika Pilwakot digelar ketika itu, maka yang menang adalah petahana Yana Mulyana dengan angka 28,5 persen dan di urutan ke dua Atalia Praratya dengan angka 25,6 persen. Pada urutan ketiga terdapat Nurul Arifin, keempat Raffi Ahmad, dan kelima M Farhan. (sjo/arn)